Kamis, 28 Desember 2017

Makalah lengkap Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW


MASA KANAK-KANAK NABI MUHAMMAD SAW

 Oleh: Umi Nur Azizah


 

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW merupakan suri tauladan atau uswah hasanah bagi umat islam. Sebagai umat islam kita dituntut untuk mengetahui sejarah-sejarah tentang Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang pada akhirnya nanti yang akan menuntun umat fii yaumil kiamah. Ketika baliau sudah menginjak masa kanak-kanak, beliau tumbuh menjadi sosok yang mengagumkan bagi kaum quraisy. Beliau tumbuh dengan akhlak yang mulia dibawah asuhan keluarga beliau, serta dalam lindungan para malaikat juga tentunya Allah Swt.
Namun diera penuh perubahan globalisasi, tuntunan pengetahuan tentang nabi tersebut terdistorsi dengan adanya pengetahuan modern lainnya. Terlihat dari bagaimana sikap masyarakat yang acuh terhadap sejarah nabi, bahkan tidak tahu menahu tentang Nabi Muhammad SAW. Kesemua itu disebabkan akan hausnya pada keduniawian semata. Maka dari itu pemakalah mengangkat judul “Masa Kanak-Kanak Nabi Muhammad SAW”. dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi sumber bacaan baik khalayak umum, khususnya pada kalangan pendidik, hendaknya pendidik menanamkan pengetahuan tentang Nabi Muhammad SAW kepada peserta didik mulai dini, agar nantinya menjadi umat islam yang tidak lupa diri tentang perjuangan nabi Muhammad saw.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kelahiran nabi Muhammad SAW?
2.      Bagaimana pengasuhan awal nabi Muhammad SAW?
3.      Bagaimana kisah nabi Muhammad SAW dalam asuhan ibundanya?
4.      Bagaiman kisah nabi Muhammad SAW dalam asuhan kakeknya?
5.      Bagaiman kisah nabi Muhammad SAW dalam asuhan pamannya?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Pada masa kelahiran Nabi Muhammad SAW terdapat kejadian yang luar biasa yaitu ada serombongan pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah (Gubernur kerajaan Habsyi di Yaman) hendak menghancurkan ka’bah karena negeri Makkah semakin ramai dan bangsa Quraisy semakin terhormat dan setiap tahunnya selalu padat umat manusia untuk haji. Ini membuat Abrahah iri dan Abrahah berusaha membelokkan umat manusia agar tidak lagi ke Makkah. Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang bernama Al-Qulles namun tak seorangpun mau datang ke gereja itu, Abrahah marah besar dan akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang ka’bah. Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor unta Abdul Muthalib.[1]
Abdul Muthalib tidak menyangka kedatangan utusan Abrahah supaya menghadap ke Abrahah. Yang pada akhirnya Abdul Muthalib meminta untanya untuk di kembalikan dan bersedia mengungsi bersama penduduk dan Abdul Muthalib berdo’a kepada Allah supaya ka’bah diselamatkan. Namun atas kebesaran Allah, Ka’bah tetap utuh dan tidak dapat dihancurkan oleh Abrahah. Allah menurunkan burung ababil dari langit untuk menghancurkan pasukan gajah itu. Burung Ababil tersebut melemparkan batu-batu yang panas kepada pasukan Abrahah. Seketika itu pula pasukan Abrahah hancur dan Ka’bah pun selamat. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Fill ayat 1-5.
Tidak jauh dari peristiwa penyerangan itu, ibunda Nabi Muhammad yang bernama Aminah binti Wahab akan melahirkan putranya. Pada saat melahirkan, Aminah tidak merasakan sakit seperti yang dirasakan wanita melahirkan lainnya. Bayi itu pun lahir dengan tersenyum dan tidak menangis. Selain itu, saat lahir sang bayi pun mengisyaratkan jarinya ke atas langit.  Setelah itu, Bayi itu pun menelungkupkan mukanya seperti keadaan sujud kepada Tuhannya. Cahaya yang menentramkan pun hadir menyelimuti proses kelahiran sang bayi.[2] Nabi Muhammad Saw lahir di Mekah. Pada hari senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 April sekitar tahun 570-571 Masehi.[3] Tahun ketika pangeran atau raja muda Abessinia di Yaman menggerakkan sepasukan besar tentara termasuk seekor gajah sampai ke Makkah. Ayah Nabi Muhammad yaitu Abdullah meninggal dunia sebelum ia dilahirkan dan Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib.[4]
Sejak lahir, Nabi Muhammad tidak sempat melihat ayahnya yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib telah meninggal terlebih dahulu sebelum Muhammad lahir (Muhammad baru berusia 3 bulan dalam kandungan).[5]. Abdullah meninggal dunia di kota Yasrib (Madinah) dalam perjalanan berdagang ke Syam. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari keturunan yang terhormat. Kakeknya bernama Abdul Muthalib merupakan seorang pemuka kaum Quraisy di Makkah yang paling disegani. Abdul Muthalib dipercaya masyarakat sebagai penjaga Ka’bah, ia yang diberi hak memegang kunci Ka’bah.

Berikut adalah silsilah Nabi Muhammad SAW



B.     Pengasuhan Awal  Nabi Muhammad SAW
Diantara kebiasaan orang-orang Arab kota Makkah adalah menyusukan dan menitipkan bayi-bayi mereka kepada wanita Badiyah (dusun di padang Mesir). Dimaksudkan agar bayi-bayi itu dapat menghirup hawa segar,terhindar dari penyakit, dan supaya bayi-bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yanag baik dan fasih.
Demikian halnya, Nabi Muhammad SAW setelah dilahirkan oleh ibunya beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Islamiyah selama 3 hari setelah penyusuan ibu beliau. Tsuwaibah adalah pelayan paman Nabi yang bernama Abi Lahab. Kemudian di serahkan oleh ibunya kepada seorang wanita Badiyah yang bernama “Halimatussa’diyah” dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin.yang tempat tinggalnya tidak jauh dari kota Makkah. Di kampung Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad diasuh dan dibesarkan. [6]
Halimah As-Sa’diyah merupakan perempuan desa yang desanya pada waktu itu dilanda kekeringan. Saat desanya kesusahan itulah, Halimah pergi ke Mekah mencari bayi yang dapat disusuinya. Harapan Halimah waktu itu adalah menemukan bayi dari anak orang kaya yang akan memberikan upah yang banyak.
Setelah mencari ke sana kemari, Halimah tidak menemukan bayi dari kalangan orang kaya. Halimah akhirnya menemukan bayi Muhammad. Waktu itu Halimah ragu untuk menyusui Muhammad karena Muhammad bukanlah anak dari orang kaya. Bahkan, Muhammad adalah anak yatim. Walaupun kakeknya adalah termasuk pemimpin di suku Quraisy, namun kakeknya tidak mempunyai harta yang melimpah. Namun, saat akan menerima bayi Muhammad, terjadilah suatu keajaiban. Air susu Halimah yang pada saat itu hampir kering, akhirnya penuh dan mengalir dengan deras. Halimah pun akhirnya menerima Muhammad untuk disusuinya.[7]
Alangkah bahagianya Halimah mendapat bayi Muhammad. Penghidupan Halimah yang awalnya menderita dengan keluarganya yang miskin tapi dengan pertolongan Allah SWT setelah Nabi Muhammad berada disisinya maka penderitaannya hilang keadaan ekomoninya membaik.  Pada mulanya Nabi Muhammad tinggal dengan Halimah 2 tahun, kemudian dengan permintaan Halimah sendiri Nabi agar tinggal terus bersama dia. Maka permintaan Halimah ini di perkenankan oleh Aminah sehingga tinggallah Nabi bersama Halimah selama 4 tahun. [8]
Pada suatu hari, Muhammad bermain dengan putra Halimah yang merupakan saudara sesusuanya. Saat bermain, tiba-tiba putra Halimah pulang dengan ketakutan. Putra Halimah pun menceritakan perihal yang terjadi. Putra Halimah menceritakan bahwa telah ada dua orang laki-laki yang mendatangi Muhammad. Dua orang itu kemudian membaringkan Muhammad dan membelah dadanya.
Halimah kemudian bercerita kepada suaminya. Suaminya pun langsung mencari Muhammad. Muhammad akhirnya ditemukan dalam keadaan sehat wal afiat. Muhammad pun menceritakan apa yang terjadi. Muhammad menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki yang membelah dadanya dan mengambil sesuatu dari kalbunya kemudian mengembalikannya lagi. Peristiwa tersebut tercatat dalam sejarah yang dikenal dengan “peristiwa pembelahan dada” (Syaqqis sodri). Kedua laki-laki yang membelah dada Muhammad itu adalah malaikat. Malaikat itu mengeluarkan bagian dari kalbu manusia yang biasa dihuni oleh setan.[9]
C.    Nabi Muhammad dalam Asuhan Ibunya
Mula-mula menurut perjanjian Aminah yang bernama lengkap Aminah binti Whab bin ‘Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab dengan Halimah pengasuhnya, Muhammad akan tinggal bersamanya selama 2 tahun saja setelah itu Halimah harus mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Tetapi, setelah sampai masa perjanjian itu, Halimah masih belum sampai hati akan berpisah dengan Muhammad yang sangat disayanginya. Halimah menyayangi Muhammad seperti menyayangi anak kandungnya sendiri. Apalagi keberkahan hidupnya selama memelihara anak yatim itu, terasa olehnya rahmat yang diberikan Allah dalam kehidupannya selama ini.
Halimah berfikiran dalam hatinya “Muhammad pasti saya kembalikan kepada ibunya dan ibunyapun terlalu menantikan kedatangan anaknya. Tetapi saya akan mengajukan permohonan kepada Aminah agar saya dapat mengasuhnya selama 2 tahun lagi”. Lalu diantarkan Muhammad ke rumah Aminah dan diusulkanlah supaya Aminah bermurah hati untuk melepaskan anaknya kembali dalam asuhannya selama 2 tahun lagi. Dan usulannya itupun diterima baik oleh Aminah. Maka kembalilah Muhammad dalam pemeliharaan dan asuhannya Halimah. Setelah sampai waktu 2 tahun itu, terpaksalah Halimah menyerahkan Muhammad kepada Aminah, walau hatinya masih berat juga berpisah dengan Muhammad.
Setahun kemudian setelah Nabi Muhammad berusia kira-kira 6 tahun. Beliau dibawa ibunya ke Madinah bersama-sama dengan Ummu Aimah. Maksud membawa Nabi ke Madinah ini bersama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najar, dan kedua berziarah ke makam ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Abdul Muthalib Bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf bin Quraisy bin Kilab. Kemudian diperlihatkan kepadanya rumah tempat ayahnya ketika di rawat di waktu sakit sampai meninggal dan pusaran tempat ayahnya dimakamkan. Ayah nabi meninggal dunia sedang beliau dalam kandungan ibunya kira-kira 6 bulan dan ada yang berpendapat 3 bulan. Umur ayah beliau 18 tahun, beliau tidak meninggalkan harta benda yang banyak yang akan diwarisi oleh putranya, hanya beliau meninggalkan beberapa ekor unta saja.
Mereka tinggal disana kira-kira 1 bulan. Ketika akan kembali ke Makkah dan baru saja di kampung Abwa’, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan disana juga. Saat itu betapa sedihnya dan bingungnya Nabi Muhammad SAW menghadapi musibah atas kematian ibunya itu. Baru beberapa hari saja ia mendengar keluhan ibunya atas kematian ayahnya yang telah meninggalkannya sewaktu Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan. Sekarang ibunya telah meninggal pula dihadapan matanya sendiri. Akibatnya di usia 6 tahun ia tinggal sebatang kara menjadi seorang yatim piatu.  
Jadi, Nabi tinggal bersama dalam asuhan ibunya hanya 2 tahun. Maka semenjak saat itu pemeliharaannya diserahkan kepada kakeknya Abdul Muthalib.

D.    Nabi Muhammad dalam Asuhan Kakeknya
Allah SWT telah memberikan nama kepada Nabi Muhammad SAW dengan nama “Ahmad” artinya orang yang lebih terpuji. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Shaff ayat 6 yang artinya “ Ingatlah ketika berkata Isa anak Maryam : “Ya Bani Israil, Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, membenarkan bagi apa yang antara hadapanmu dan aku memberi kabar suka dengan kedatangan seorang Rasul yang datang sesudahku nanti yang bernama Ahmad. Maka tatkala datang Nabi Muhammad SAW membawa keterangan yang nyata mereka berkata ini adalah sihir yang nyata”. Maka jelaslah nama Nabi Muhammad SAW  itu adalah dua buah nama yaitu “Muhammad”, nama yang diberikan oleh kakeknya dan “Ahmad”  nama yang datang dari Allah SWT.
Dengan kasih sayang yang diberikan kakeknya itu Nabi Muhammad SAW merasa terhibur dan dapat melupakan kemalangan nasibnya terhadap kematian ibunya. Keadaan ini tidak berjalan lama. Sebab, baru saja berselang 2 tahun ia merasa terhibur di bawah asuhan kakeknya, akan tetapi kakeknya yang baik hati itu meninggal pula pada usia 80 tahun. Nabi Muhammad SAW  pada waktu itu berusia 8 tahun.
 Meninggalnya Abdul Muthalib itu, bukan saja kemalangan besar bagi Nabi Muhammad SAW  tapi juga merupakan kemalangan bagi segenap penduduk Makkah. Akibat meninggalnya Abdul Muthalib itu penduduk Makkah kehilangan seorang pembesar dan pemimpin yang cerdas, bijaksana, berani, dan perwira yang tidak gampang mencari gantian.
Sesuai dengan wasiat ‘Abdul Muthalib maka Nabi Muhammad SAW  diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi serta kasih sayang yang di curahkan itu, tidaklah kurang dari apa yang diberikan kepada anaknya sendiri.

E.     Nabi Muhammad dalam Pemeliharan Pamannya
Pada waktu kecil Nabi Muhammad SAW suka mengembala kambing kepunyaannya orang-orang dengan mendapat upah. Dengan upah tersebut cukup bagi beliau untuk bisa hidup dengannya. Pekerjaan sehari-hari Abu Thalib adalah berniaga (berdagang). Kemana saja ia berjalan sering diikuti oleh Nabi, bahkan ketika Abu Thalib pergi berdagang ke negeri Syam, maka Nabi diajak sertanya. Waktu itu Nabi berumur 12 tahun dan sebagian sejarah mengatakan 9 tahun, sejak itu Nabi Muhammad SAW mulai belajar berdagang. [10]
Ketika usiannya masih muda belia, semangat kerja keras dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusiannya bermain dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat membanggakan pamannya dan orang-orang sekitarnya. Muhammad pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya.
Suatu saat diceritakan ketika sedang mengembala kambing, Muhammad mendengar suara hiburan. Beliaupun meminta teman sesama penggembala untuk menjaga ternaknya, sedangkan beliau hendak melihat tempat suara itu. Ternyata, suara hiburan itu berasal dari pesta pernikahan. Saat beliau hendak memasuki tempat itu, rasa kantuk yang amat sangat menghinggapinya sehingga beliau tertidur. Allah telah menjaga Muhammad untuk tidak menyaksikan hiburan. Saat terbangun, hiburan itu telah berakhir dan beliau pun kembali ke ternaknya.
Selain membantu Abu Thalib, Muhammad pun sering membantu yang lainnya.  Muhammad suatu hari pernah membantu pamannya Abbas untuk memindahkan batu-batu kecil di sekitar Ka’bah. Pamannya waktu itu meminta Muhammad untuk meletakkan sarungnya di pundak agar tidak menghalangi langkah bekerjanya. Namun, Muhammad tidak melakukannya. Dengan demikian, tidak ada seseorangpun yang dapat melihat auratnya.
Suatu saat Abu Thalib hendak berdagang ke negeri Syam beserta rombongan yang lainnya. Abu Thalib tak kuasa meninggalkan Muhammad. Kemudian, Muhammad pun diajaknya membantu berdagang di negeri Syam. Selama diperjalanan, keajaiban pun selalu mengikuti para rombongan dagang Awan selalu menanugi Muhammad ke mana pun Muhammad berjalan. Dengan demikian, Muhammad tidak merasakan panasnya matahari.
Peristiwa tersebut disaksikan oleh seorang pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Bahira merupakan pendeta yang sangat memahami injil dan taurat. Bahira pun sangat paham akan tanda-tanda kehadiran rasul akhir zaman. Bahira kemudian mengundang para rombongan dagang tersebut untuk makan bersamanya.
Setelah melihat Muhammad, Bahira mengetahui bahwa ada tanda-tanda kenabian di dalam diri Muhammad. Kemudian, Bahira menanyakan perihal Muhammad kepada Abu Thalib. Bahira kemudian bertanya kepada Abu Thalib “Siapakah dia?”
Abu Thalib menjawab, “Dia anakku”.
“Bukan, dia bukan anakmu, orang tuannya pastilah telah meninggal”, kata Bahira.
“Memang benar, ayahnya telah meninggal ketika dia dalam kandungan.      Selanjutnya, ibunya juga meninggal dunia,”jelas Abu Thalib.
Bahira kembali berkata “sebaiknya kamu bawa kembali anak ini ke negerimu. Jagalah baik-baik dan waspadalah terhadap orang Yahudi. Sebab, jika orang Yahudi tahu, mereka akan membunuhnya.
Abu Thalib pun membawa Muhammad pulang kembali ke Mekah dan menjaganya lebih hati-hati lagi. Abu Thalib yakin bahwa Muhammad mempunyai kelebihan daripada manusia yang lainnya. [11]
Abu Thalib mengasuh Nabi hingga menjadi dewasa. Dia pulalah yang melindungi jiwa Nabi Muhammad SAW, baik ketika masih kanak-kanak maupun setelah menjadi Rasul.  oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW   sangat sayang terhadap pamannya itu. Abu Thalib mengatakan bahwa ia tidak pernah berpisah dengan menjadi Nabi Muhammad SAW  dalam usia 8-25 tahun. Dikatakan juga bahwa Nabi Muhammad SAW  tidak pernah dusta dan tidak pernah melakukan perbuatan Jahiliyyah. Pernah diajak Abu Thalib untuk pergi mendatangi perayaan di hadapan berhala Hubal dengan menyembelih hewan. Nabi tidak bersedia dengan menjawab : “Tiap-tiap saya mendekati sebuah berhala, tampak kepada saya seorang laki-laki putih tinggi berteriak dengan mengatakan mundur Muhammad, jangan sentuh”. Dengan demikian tiap langkah yang dikerjakan oleh Nabi sejak kecilnya pasti benar. Karena senantiasa dijaga dan dibimbing oleh Allah SWT. Beliau benar-benar memiliki akhlak yang mulia sesuai dengan tugasnya sebagaimana sabdanya yang artinya:
sesungguhnya saya diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang mulia“. (H.R Baihaki). [12]
BAB III
KESIMPULAN

A.    Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad Saw lahir di Mekah. Pada hari senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 April sekitar tahun 570-571 Masehi. Tahun ketika pangeran atau raja muda Abessinia di Yaman menggerakkan sepasukan besar tentara termasuk seekor gajah sampai ke Makkah. Sejak lahir, Nabi Muhammad tidak sempat melihat ayahnya yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib telah meninggal terlebih dahulu sebelum Muhammad lahir (Muhammad baru berusia 3 bulan dalam kandungan). Abdullah meninggal dunia di kota Yasrib (Madinah) dalam perjalanan berdagang ke Syam.
B.     Pengasuhan Awal  Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW setelah dilahirkan oleh ibunya beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Islamiyah selama 3 hari setelah penyusuan ibu beliau. Tsuwaibah adalah pelayan paman Nabi yang bernama Abi Lahab. Kemudian di serahkan oleh ibunya kepada seorang wanita Badiyah yang bernama “Halimatussa’diyah” dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin.yang tempat tinggalnya tidak jauh dari kota Makkah. Di kampung Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad diasuh dan dibesarkan.
C.    Nabi Muhammad dalam Asuhan Ibunya
Nabi Muhammad berusia kira-kira 6 tahun. Beliau dibawa ibunya ke Madinah bersama-sama dengan Ummu Aimah untuk berziaroh ke makam ayahnya. Mereka tinggal disana kira-kira 1 bulan. Ketika akan kembali ke Makkah dan baru saja di kampung Abwa’, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan dimakamkan disana juga.

D.    Nabi Muhammad dalam Asuhan Kakeknya
Dengan kasih sayang yang diberikan kakeknya itu Nabi Muhammad SAW merasa terhibur dan dapat melupakan kemalangan nasibnya terhadap kematian ibunya. Keadaan ini tidak berjalan lama. Sebab, baru saja berselang 2 tahun ia merasa terhibur di bawah asuhan kakeknya, akan tetapi kakeknya yang baik hati itu meninggal pula pada usia 80 tahun. Nabi Muhammad SAW  pada waktu itu berusia 8 tahun.

F.     Nabi Muhammad dalam Pemeliharan Pamannya
Pekerjaan sehari-hari Abu Thalib adalah berniaga (berdagang). Kemana saja ia berjalan sering diikuti oleh Nabi, bahkan ketika Abu Thalib pergi berdagang ke negeri Syam, maka Nabi diajak sertanya. Waktu itu Nabi berumur 12 tahun dan sebagian sejarah mengatakan 9 tahun, sejak itu Nabi Muhammad SAW mulai belajar berdagang. Ketika usiannya masih muda belia, semangat kerja keras dan keuletannya sudah muncul. Di saat anak-anak seusiannya bermain dengan penuh suka cita, Muhammad dapat bekerja dan dapat membanggakan pamannya dan orang-orang sekitarnya. Muhammad pun menjadi anak yang disayangi semua orang yang ada di sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Rofi’atun, Siti, dkk. Pendidikan Agama Islam 4. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.

Herlina, Ida, dkk. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014.

 Istiani, Ani dan Suharta. Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IV SD. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.

Watt, W. Montgomery. Muhammad Nabi dan Negarawan. Jakarta: Cv. Kuning Mas, 1984.

Uay, Zoharudin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.


[1] Herlina, Ida. dkk, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014), 25.
[2] Zoharudin Uay, Mas Destedy, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas IV, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasionnal, 2011), 28.
 [3]Asmuri, Rofi’atun Siti, dkk. Pendidikan Agama Islam 4, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasionnal, 2011), 31.
[4] W. Montgomery Watt, Muhammad Nabi dan Negarawan (Jakarta: Cv. Kuning Mas, 1984), 9.
 [5] Istiani Ani, Suharta, Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas IV SD, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasionnal, 2011), 34.

[6] Herlina, Ida. dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, 27.
[7] Zoharudin Uay, Mas Destedy, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas IV, 28.

[8] Herlina, Ida. dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, 28.
[9] Zoharudin Uay, Mas Destedy, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas IV, 28-29.
[10] Herlina, Ida. dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, 29-31.
[11] Zoharudin Uay, Mas Destedy, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas IV,  28-29.
[12]Herlina, Ida. dkk, Sejarah Kebudayaan Islam, 31-32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar