Minggu, 16 September 2018

kepemimpinan Pendidikan



KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Administrasi dan Manajemen Pendidikan”

 
Dosen Pengampu :
Dr. Ab Musyafa’ Fathoni, M.Pd.I.

Disusun oleh :
1.      Tika Nur Aisyah                (210616071)
2.      Umi Nur Azizah                  (210616099)
3.      Windri Kurniawati             (210616095)
4.      Zulfiana Qodrun Nadzah     (210616082)
Kelas GMI.C
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2018


BAB I
PENDAHULUAN

  A.    Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.

  B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari kepemimpinan pendidikan?
2.      Apakah fungsi dan pendekatan kepemimpinan pendidikan?
3.      Apakah tipe-tipe dari kepemimpinan pendidikan?
4.      Jelasakan gaya dan teori kepemimpinan pendidikan?
5.      Jelaskan tujuan pokok dan kualifikasi kompetensi Kepala Sekolah  sebagai pimpinan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan pendidikan
Pemimpin dalam bahasa Inggris leader adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin. Pemimpin  diartikan pula sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Pemimpin juga diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan memengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan tujuan sang pemimpin..[1]
Pengertian kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah
1.      Menurut Tannebaum, Weschler, dan Nassarik Kepemimpinan adalah pengaruh komunikasi langsung antar pribadi dalam situasi tertentu untuk mencapai stu atau berberapa tujuan tertentu.
2.      Menurut Shared Goal, Hemhiel, dan Coons kepemimpinan adalah sebagai sikap pribadi yang ditampilkan oleh seseorang dalam pemimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.      Menurut Rauch dan Bahling kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.[2]
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan sendiri merupakan konsep yang kompleks dan dinamis. Kompleks karena melibatkan berbagai komponen dan dinamis karena berkembang secara kontinyu. Pendidikan menunjuk pada aktivitas yang tidak memaksa. Ia bersifat mendidik, membimbing dan bersifat “among” yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro.[3]

B.     Fungsi dan pendekatan Kepemimpinan Pendidikan
Fungsi utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar artinya berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi. Fungsi-fungsi  utama yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1.      Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi. Pemimpin yang menjalakan fungsi utama adalah konseptor utama yang merumuskan visi dan misi serta tujuan organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga pertanggungjawaban di arahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Motivator, yaitu orang yang mendorong dan memberikan dukungan penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal.
3.      Pembuat keputusan yang akan memengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
4.      Penilai kinerja karyawannya yang akan memengaruhi perkembangan dan bagi seluruh prestasi kerja bawahannya.
5.      Dinamisator dan kapalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
6.      Stabilisator, yaitu orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan ekstensi organisasi.
7.      Supervisor, yaitu yang membina, melatih, mendidik, mengawasi, menilai, dan memberikan contoh kerja terbaik bagi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.[4]
Fungsi Kepemimpinana menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1.      Fungsi Instruktif, berfungsi sebagai komunikator yang menentukan isi perintah, cara mengerjakan perintah, waktu mulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya dan tempat mengerjakan agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
2.      Fungsi Konsultif, di gunakan sebagai komunikasi dua arah untuk menetapkan keputusan yang memerlukan pertimbangan.
3.      Fungsi Partisipatif, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang di pimpinnya, baik dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
4.      Fungsi Delegasi, merupakan kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang di beri kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksabakannya secara bertanggung jawab.
5.      Fungsi Pengendalian, berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan terwujudnya tujuan yang maksimal.[5]
Untuk memahami gaya kepemimpinan sedikitnya dapat dikaji dari tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sifat, perilaku dan situasional adalah sebagai berikut:

1.      Pendekatan sifat
Pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin antara  lain adalah kekuatan fisik dan susunan syaraf, pengahayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramahtamahan, integritas, keahlian teknis, kemapuan mengambil keputusan, inteligensi, keterampilan memimpin, kepercayaan.
2.      Pendekatan perilaku
Pendekatan ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut).
3.      Pendekatan situsional
Pendekatan situsional hampir sama dengan pendekatan perilaku keduannya menyoroti perilaku kepemimpin dalam situasi tertentu dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi dari pada sebagai kualitas pribadi dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.

  C.     Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1.      Tipe kepemimpinan otoriter
Tipe ini memusatkan diri pada pemimpin sebagai penentu segala-galanya dalam suatu organisasi. Semua kebijkan berasal dari pemimpin. Anggota staf tidak pernah dilibatkan dalam pembentukan dan penyusunan policy dan program. Anggota staf hanyalah pelaksana dari policy dan program yang telah disusun oleh pimpinan. Anggota staf harus menerima instruksi yang telah dibuat oleh pemimpin.

2.      Tipe kepemimpinan “Leizess Faire”
Tipe ini kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin member kebebasan seluas-luasnya kepada semua anggota staf. Pemimpin akan turun tangan jika ada anggota staf yang memintanya. Pemimpin dapat memberikan saran dan pendapat, tetapi tidak terlalu mengikat para anggota staf.
3.      Tipe kepemimpinan demokratis
Tipe ini dilandasi filsafat kebersamaan dalam semua. Pimpinan dan staf selalu terlibat dalam penetapan policy dan program pendidikan yang akan dilaksanakan di lembaga tersebut. Pemimpin pendidikan selalu menghargai pendapatan anggota staf dan memberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasinya. Serta terdapat pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab kepada anggota staf yang dinilai mampu menjalankan tugas tertentu yang didelegasikan. [6]

  D.    Gaya  dan Teori Kepemimpinan
1.      Kepemimpinan yang otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang (authority) tunggal. Pemimpin otokratis dapat disebut sebagai pemimpin yang tidak demokratis.
Ciri-ciri pemimpin yang bergaya otokratis adalah :
a.       Menjadikan organisasi sebagai milik pribadi
b.      Memantapkan tujuan pribadi dengan tujuan organis
c.       Memandang bawahan sebagai alat yang tidak  berdaya
d.      Tidak mau menerima kritik,saran, dan pendapat
e.       Bergantung pada kekuasaan formal yang dimilikinya
f.       Memimpin dengan cara paksa
2.      Tipe Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
a.       Instruksional
b.      Pangkat dan jabatan menjadi alat yang utama memaksa anak buahnya untuk melaksanakan tugas
c.       Serba formalistik
d.      Disiplin yang kaku
e.       Tertutup bagi kritik
f.       Formal seremonial yang pelaksanaan tugas
3.      Gaya Paternalistik
Gaya Partenalistik adalah :
a.       Menyepelekan kemampuan anak buah
b.      Over protective, terlalu memanjakan anak buah dan terlalu melindungi
c.       Tertutup bagi  pengembangan kaderisasi
d.      Kreativitas anak buah tertekan oleh  sikap god father-nya
e.       Maha tahu, jadi anak buah belum banyak tahu
f.       Close management  bagi anak buahnya
g.      All handle  untuk seluruh rencana kerja
4.      Gaya atau model kontingensi fielder
Menurut Fred E. Fielder ada tiga variabel yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan yaitu :
a.       Hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin
b.      Derajat struktur tugas
c.       Kedudukan kekuasaan  kepemimpinan
Jadi, kepemimpinan yang berhasil perlu membaca situasi dan kondisi serta menyesuaikan gaya kepemimpinannya.

Keberhasilan kepemimpinan dipengaruhi oleh :
a.       Human relationship pemimpin dengan yang dipimpin
b.      Staffing dan organizing yang efektif dan professional
c.       Otoritas pemimpin yang kuat dan tegas
5.      Gaya atau model kepemimpinan tiga dimensi
William J. Reddin (1970) adalah pencetus gaya kepemimpinan tiga dimensi ( three-dimensional-model). Dalam gaya ini ada tiga kelompok yang saling berhubungan, yaitu gaya dasar, gaya efektif, gaya tak efektif. Tiga gaya itu ndirekomendasikan pada dua hal yaitu orang (people oriented) dan tugas (task oriented). Orientasi orang ditentukan dalam staffing yaitu menempatkan orang sesuai dengan keahliannya dan  penggalaman kerjanya. Orientasi tugas adalah mempertimbangkan tugas-tugas yang mampu dilaksanakan oleh karyawan yang sesuai dengan keahlian dan pengalamanya.
6.      Gaya atau model kontinum
Vroom dan Yetton adalah pecentus gaya kontinum yang menyatakan bahwa kepemimpinan didasarkan pada dua macam kondisi utama, yaitu pemimpin bertindak sendiri atau melibatkan anak buahnya dalam pengambilan keputusan.
Dua macam kondisi tersebut ialah :
a.       Tingkat keefektifan teknis di antara para bawahan.
b.      Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan.
7.      Gaya kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini seolah-olah tidak menggenal hierarki structural, tidak ada atasan dan bawahan, pembagian tugas yang kabur, dan tidak terjadi proses kepemimpinan fungsional maupun structural.
8.      Kepemimpinan yang Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis dalam pelaksanakan kepemimpin, semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi.gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis. Pemimpin yang bertipe demokratis adalah yang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Pengembangan sumber daya dan kreativitas karyawan
b.      Pengembangan partisif karyawan
c.       Musyawarah dan mufakat
d.      Kaderisasi yang sistematis
e.       Pendelegasian normative yang konstruktif
f.       Regenerasi kepemimpinan.[7]
9.      Gaya kepemimpinan kharismatik
Kharisma dapat dibagi dua macam, yaitu :
a.       Kewibawaan alamiah,yaitukewibawaan yang telah ada pada diri pemimpin.
b.      Kewibawaan buatan, yaitu kewibawaan yang di ciptakan oleh jabatan dan kekuasaan.
Teori-teori kepemimpinan
1.      Teori genetic, yaitu seorang menjadi pemimpin karena sudah dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
2.      Teori social, yaitu berpandangan bahwa pemimpin dilahirkan oleh kelompok tertentu.
3.      Teori situasional, yaitu yang berpandangan bahwa lahirnya pemimpin bergantung pada situasi dan kondisi.
4.      Teori ekologis, yaitu teori yang berpandangan bahwa lingkungan sangat memengaruhi kepemimpinan. [8]



  E.     Kepala Sekolah sebagai Pimpinan Pendidikan
1.      Tujuan pokok dan fungsi Kepala Sekolah
Menurut E. Mulyasa, Kepala Sekolah mempunyai 7 fungsi utama, yaitu:
a.       Edukator
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimilki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b.      Manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan.
c.       Administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

d.      Supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
e.       Leader (pemimpin)
Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa menyebutkan kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut :
1)      Jujur
2)      percaya diri
3)      tanggung jawab
4)      berani mengambil resiko dan keputusan
5)      berjiwa besar
6)      emosi yang stabil
7)      teladan.

f.       Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, objektif, pragmatis, dan keteladanan.
g.      Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).[9]

2.      Kualifikasi dan kompetensi Kepala Sekolah (MI)
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
a.       Kualifikasi Umum Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
-          Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
-          Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
-          Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
-          Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

b.      Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:
Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
a.       Berstatus sebagai guru SD/MI.
b.      Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI.
c.       Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
Kompetensi  minimal yang  wajib kepala sekolah miliki menurut Permendiknas Nomor 13 tahun  2007 terhimpun pada dalam lima kompetensi:
1.      Kepribadian
2.      Manajerial, inovatif, bekerja keras,
3.      Kewirausahaan
4.      Supervisi dalam rangka meningkatkan mutu profesi pendidik, dan memiliki kompetensi
5.      Sosial.
Dasar hukum yang melandasi profesionalisasi kepala sekolah yaitu :
-          Pasal 12 ayat 1 PP nomor 28 tahun 1990.
-          Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesi nomor 3 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
-          Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.[10]


BAB III
KESIMPULAN

1.      Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
2.      Fungsi-fungsi  utama pendidikan adalah sebagai berikut :
a.       Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi.
b.      Motivator
c.       Pembuat keputusan
d.      Penilai kinerja karyawannya
e.       Dinamisator dan kapalisator organisasi dll.
Pendekatan dalam gaya kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Pendekatan sifat
b.      Pendekatan perilaku
c.       Pendekatan situsional
3.      Tipe-tipe kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Tipe kepemimpinan otoriter
b.      Tipe kepemimpinan “Leizess Faire”
c.       Tipe kepemimpinan demokratis
4.      Gaya  dan Teori Kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a.       Kepemimpinan yang otokratis
b.      Tipe Militeristis
c.       Gaya Paternalistik
d.      Gaya atau model kepemimpinan tiga dimensi
e.       Gaya atau model kontingensi fielder dll.
Teori-teori kepemimpinan
a.       Teori genetic
b.      Teori social
c.       Teori situasional
d.      Teori ekologis
5.      Pemimpin yang ideal bagi lembaga Pendidikan adalah sebagai berikut:
a.    Pemimpin sesuai perundang-undangan yang berlaku
b.    Aturan main memilih pemimpin
c.    Pemimpin lembaga ditetapkan oleh penguasa berdasarkan jenjang karier.
d.   Pemimpin yang bersifat turun-temurun. 


DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Hikmat. Manajemen Pendidikan.Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Nana Sudjana, Permendiknas No 13 Tahun 2007.

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto. Pengantar Operasional Admistrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1982.

Tatang. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Bandung: Pustaka Setia. 2015.



       [1] Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung : Pustaka Setia, 2009), 247-253.
       [2] Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 2.
       [3] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Admistrasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 271.
       [4] Hikmat, Manajemen Pendidikan, 247-253.
       [5] Tatang, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah  (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 223-225
       [6] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 107-114.

        [8]Ibid., 253-259.
       [9]Ibid.,  126.
       [10] Nana Sudjana, Permendiknas No 13 Tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar