Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Administrasi dan Manajemen Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Dr. Ab Musyafa’ Fathoni, M.Pd.I.
Disusun oleh :
1.
Tika Nur
Aisyah (210616071)
2.
Umi Nur Azizah (210616099)
3.
Windri
Kurniawati (210616095)
4.
Zulfiana Qodrun
Nadzah (210616082)
Kelas
GMI.C
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PONOROGO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting
dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang
lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah
yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak
berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan
globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan
tajam. Sebuah
sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam
mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran
yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi
formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil
sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa keberhasilan sekolah adalah sekolah
yang memiliki pemimpin yang berhasil.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian dari kepemimpinan pendidikan?
2.
Apakah fungsi
dan pendekatan kepemimpinan pendidikan?
3.
Apakah tipe-tipe
dari kepemimpinan pendidikan?
4.
Jelasakan gaya
dan teori kepemimpinan pendidikan?
5.
Jelaskan tujuan
pokok dan kualifikasi kompetensi Kepala Sekolah
sebagai pimpinan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepemimpinan pendidikan
Pemimpin
dalam bahasa Inggris
leader adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu organisasi.
Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin. Pemimpin diartikan pula sebagai orang yang mempunyai
wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Pemimpin juga diartikan
sebagai orang yang memiliki kemampuan memengaruhi orang lain untuk melaksanakan
tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan tujuan sang pemimpin..[1]
Pengertian kepemimpinan
menurut beberapa ahli adalah
1. Menurut
Tannebaum, Weschler, dan Nassarik Kepemimpinan adalah pengaruh komunikasi
langsung antar pribadi dalam situasi tertentu untuk mencapai stu atau berberapa
tujuan tertentu.
2. Menurut
Shared Goal, Hemhiel, dan Coons kepemimpinan adalah sebagai sikap pribadi yang
ditampilkan oleh seseorang dalam pemimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Menurut
Rauch dan Bahling kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.[2]
Kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing,
mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan
pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar
supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di
dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Pendidikan
sendiri merupakan konsep yang kompleks dan dinamis. Kompleks karena melibatkan
berbagai komponen dan dinamis karena berkembang secara kontinyu. Pendidikan
menunjuk pada aktivitas yang tidak memaksa. Ia bersifat mendidik, membimbing
dan bersifat “among” yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro.[3]
B.
Fungsi dan
pendekatan Kepemimpinan Pendidikan
Fungsi
utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik dan benar artinya
berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan oleh organisasi. Fungsi-fungsi utama yang dimaksudkan adalah sebagai berikut
:
1. Pengelola
organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi. Pemimpin yang
menjalakan fungsi utama adalah konseptor utama yang merumuskan visi dan misi
serta tujuan organisasi, sehingga mulai perencanaan hingga pertanggungjawaban
di arahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
2. Motivator,
yaitu orang yang mendorong dan memberikan dukungan penuh kepada bawahannya
untuk bekerja dengan optimal.
3. Pembuat
keputusan yang akan memengaruhi perkembangan dan kemajuan organisasi serta
kesejahteraan para anggotanya.
4. Penilai
kinerja karyawannya yang akan memengaruhi perkembangan dan bagi seluruh
prestasi kerja bawahannya.
5. Dinamisator
dan kapalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan organisasi dan
mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh terhadap kemajuan atau
kemunduran organisasi.
6. Stabilisator,
yaitu orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam mempertahankan ekstensi
organisasi.
7. Supervisor,
yaitu yang membina, melatih, mendidik, mengawasi, menilai, dan memberikan
contoh kerja terbaik bagi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya.[4]
Fungsi
Kepemimpinana menurut
Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok
kepemimpinan, yaitu:
1.
Fungsi Instruktif, berfungsi sebagai
komunikator yang menentukan isi perintah, cara mengerjakan perintah, waktu
mulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya dan tempat mengerjakan agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif.
2.
Fungsi Konsultif, di gunakan sebagai
komunikasi dua arah untuk menetapkan keputusan yang memerlukan pertimbangan.
3.
Fungsi Partisipatif, pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang di pimpinnya, baik dalam mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya.
4.
Fungsi Delegasi, merupakan kepercayaan
seorang pemimpin kepada orang yang di beri kepercayaan untuk pelimpahan
wewenang dengan melaksabakannya secara bertanggung jawab.
5.
Fungsi Pengendalian, berasumsi bahwa
kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan terwujudnya
tujuan yang maksimal.[5]
Untuk
memahami gaya kepemimpinan sedikitnya dapat dikaji dari tiga pendekatan utama
yaitu pendekatan sifat, perilaku dan situasional adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan
sifat
Pendekatan
sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu seperti kekuatan fisik
atau keramahan yang esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini menyarankan
beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin antara lain adalah kekuatan fisik dan susunan
syaraf, pengahayatan terhadap arah dan tujuan, antusiasme, keramahtamahan,
integritas, keahlian teknis, kemapuan mengambil
keputusan, inteligensi, keterampilan
memimpin, kepercayaan.
2. Pendekatan
perilaku
Pendekatan ini
memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang
lain (pengikut).
3. Pendekatan
situsional
Pendekatan situsional hampir sama dengan pendekatan
perilaku keduannya menyoroti perilaku kepemimpin dalam situasi tertentu
dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi dari pada sebagai
kualitas pribadi dan merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi
orang-orang dalam situasi tertentu.
C. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan
pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Tipe
kepemimpinan otoriter
Tipe ini memusatkan
diri pada pemimpin sebagai penentu segala-galanya dalam suatu organisasi. Semua
kebijkan berasal dari pemimpin. Anggota staf tidak pernah dilibatkan dalam
pembentukan dan penyusunan policy dan program. Anggota staf hanyalah pelaksana dari
policy dan program yang telah disusun oleh pimpinan. Anggota staf harus
menerima instruksi yang telah dibuat oleh pemimpin.
2. Tipe
kepemimpinan “Leizess Faire”
Tipe ini kebalikan dari
tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin member kebebasan seluas-luasnya kepada
semua anggota staf. Pemimpin akan turun tangan jika ada anggota staf yang
memintanya. Pemimpin dapat memberikan saran dan pendapat, tetapi tidak terlalu
mengikat para anggota staf.
3. Tipe
kepemimpinan demokratis
Tipe ini dilandasi
filsafat kebersamaan dalam semua. Pimpinan dan staf selalu terlibat dalam
penetapan policy dan program pendidikan yang akan dilaksanakan di lembaga
tersebut. Pemimpin pendidikan selalu menghargai pendapatan anggota staf dan
memberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasinya. Serta
terdapat pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab kepada anggota staf yang
dinilai mampu menjalankan tugas tertentu yang didelegasikan. [6]
D.
Gaya dan Teori Kepemimpinan
1.
Kepemimpinan
yang otokratis
Dalam kepemimpinan yang otokratis,
pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.
pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang (authority)
tunggal. Pemimpin otokratis dapat disebut sebagai pemimpin yang tidak
demokratis.
Ciri-ciri pemimpin yang
bergaya otokratis adalah :
a.
Menjadikan
organisasi sebagai milik pribadi
b.
Memantapkan
tujuan pribadi dengan tujuan organis
c.
Memandang
bawahan sebagai alat yang tidak berdaya
d.
Tidak
mau menerima kritik,saran, dan pendapat
e.
Bergantung
pada kekuasaan formal yang dimilikinya
f.
Memimpin
dengan cara paksa
2.
Tipe
Militeristis
Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut :
a.
Instruksional
b.
Pangkat
dan jabatan menjadi alat yang utama memaksa anak buahnya untuk melaksanakan
tugas
c.
Serba
formalistik
d.
Disiplin
yang kaku
e.
Tertutup
bagi kritik
f.
Formal
seremonial yang pelaksanaan tugas
3.
Gaya
Paternalistik
Gaya
Partenalistik adalah :
a.
Menyepelekan
kemampuan anak buah
b.
Over
protective, terlalu memanjakan anak buah dan
terlalu melindungi
c. Tertutup bagi pengembangan kaderisasi
d. Kreativitas anak buah
tertekan oleh sikap god father-nya
e. Maha tahu, jadi anak buah
belum banyak tahu
f. Close management bagi anak buahnya
g. All handle untuk seluruh rencana kerja
4. Gaya atau model
kontingensi fielder
Menurut
Fred E. Fielder ada tiga variabel
yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan yaitu :
a. Hubungan antara pemimpin
dengan yang dipimpin
b. Derajat struktur tugas
c. Kedudukan kekuasaan kepemimpinan
Jadi, kepemimpinan yang
berhasil perlu membaca situasi dan kondisi serta menyesuaikan gaya
kepemimpinannya.
Keberhasilan
kepemimpinan dipengaruhi oleh :
a. Human relationship pemimpin
dengan yang dipimpin
b. Staffing
dan organizing yang efektif dan professional
c. Otoritas pemimpin yang kuat dan
tegas
5. Gaya atau model
kepemimpinan tiga dimensi
William
J. Reddin (1970) adalah pencetus gaya kepemimpinan tiga dimensi ( three-dimensional-model).
Dalam gaya ini ada tiga kelompok yang saling berhubungan, yaitu gaya dasar, gaya efektif, gaya tak
efektif. Tiga
gaya itu ndirekomendasikan pada dua hal yaitu orang (people oriented) dan
tugas (task oriented). Orientasi
orang ditentukan dalam staffing yaitu menempatkan orang sesuai dengan
keahliannya dan penggalaman kerjanya. Orientasi tugas adalah
mempertimbangkan tugas-tugas yang mampu dilaksanakan oleh karyawan yang sesuai
dengan keahlian dan pengalamanya.
6. Gaya
atau model kontinum
Vroom
dan Yetton adalah pecentus gaya kontinum yang menyatakan bahwa kepemimpinan
didasarkan pada dua macam kondisi utama, yaitu pemimpin bertindak sendiri atau
melibatkan anak buahnya dalam pengambilan keputusan.
Dua macam kondisi
tersebut ialah :
a. Tingkat
keefektifan teknis di antara para bawahan.
b. Tingkat
motivasi serta dukungan para bawahan.
7.
Gaya kepemimpinan
Laissez Faire
Gaya
ini seolah-olah tidak menggenal hierarki structural, tidak ada atasan dan
bawahan, pembagian tugas yang kabur, dan tidak terjadi proses kepemimpinan
fungsional maupun structural.
8.
Kepemimpinan yang
Demokratis
Gaya
kepemimpinan demokratis dalam pelaksanakan kepemimpin, semua anggota diajak
berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan
organisasi.gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis. Pemimpin yang bertipe
demokratis adalah yang yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengembangan
sumber daya dan kreativitas karyawan
b. Pengembangan
partisif karyawan
c. Musyawarah
dan mufakat
d. Kaderisasi
yang sistematis
e. Pendelegasian
normative yang konstruktif
9. Gaya
kepemimpinan kharismatik
Kharisma
dapat dibagi dua macam, yaitu :
a. Kewibawaan
alamiah,yaitukewibawaan yang telah ada pada diri
pemimpin.
b. Kewibawaan
buatan, yaitu kewibawaan yang di ciptakan oleh
jabatan dan kekuasaan.
Teori-teori kepemimpinan
1. Teori
genetic, yaitu seorang menjadi pemimpin karena
sudah dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
2. Teori
social, yaitu berpandangan bahwa pemimpin
dilahirkan oleh kelompok tertentu.
3. Teori
situasional, yaitu yang berpandangan bahwa lahirnya
pemimpin bergantung pada situasi dan kondisi.
4. Teori
ekologis, yaitu teori yang berpandangan bahwa
lingkungan sangat memengaruhi kepemimpinan. [8]
E.
Kepala Sekolah sebagai
Pimpinan Pendidikan
1. Tujuan pokok dan fungsi
Kepala Sekolah
Menurut
E. Mulyasa, Kepala Sekolah
mempunyai 7 fungsi utama, yaitu:
a.
Edukator
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di
sekolah. Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja
akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimilki gurunya, sekaligus
juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
b.
Manajer
Dalam
mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala
sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para
guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan
memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan
kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan
pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah,
atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan
melanjutkan pendidikan.
c.
Administrator
Khususnya
berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan
kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat
mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi
terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah
seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan
kompetensi guru.
d.
Supervisor
Untuk
mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan
melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara
langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini,
dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya
diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat
memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
e.
Leader (pemimpin)
Dalam
teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi
pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah
dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa menyebutkan
kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian
kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai barikut :
1)
Jujur
2)
percaya
diri
3)
tanggung
jawab
4)
berani
mengambil resiko dan keputusan
5)
berjiwa
besar
6)
emosi
yang stabil
7)
teladan.
f.
Inovator
Dalam
rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan
teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model
model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah
sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara
ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional, objektif, pragmatis, dan keteladanan.
g.
Motivator
Sebagai
motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi
ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai
sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).[9]
2. Kualifikasi dan kompetensi
Kepala Sekolah (MI)
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13
tahun 2007 tanggal 17 April 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
a. Kualifikasi Umum Kepala
Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:
-
Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma
empat (D-IV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang
terakreditasi.
-
Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia
setinggi-tingginya 56 tahun.
-
Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
di TK/RA.
-
Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai
negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang
dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
b. Kualifikasi Khusus Kepala
Sekolah/Madrasah meliputi:
Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah
sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SD/MI.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai
guru SD/MI.
c. Memiliki sertifikat kepala SD/MI
yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah.
Kompetensi
minimal yang wajib kepala sekolah miliki menurut Permendiknas Nomor 13
tahun 2007 terhimpun pada dalam lima kompetensi:
1. Kepribadian
2. Manajerial, inovatif, bekerja keras,
3. Kewirausahaan
4. Supervisi dalam rangka meningkatkan
mutu profesi pendidik, dan memiliki kompetensi
5. Sosial.
Dasar hukum yang melandasi
profesionalisasi kepala sekolah yaitu :
-
Pasal 12 ayat 1 PP nomor 28 tahun 1990.
-
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesi
nomor 3 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
-
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.[10]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Kepemimpinan pendidikan
adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan
menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya
kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
2. Fungsi-fungsi utama pendidikan
adalah
sebagai berikut :
a. Pengelola
organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi.
b. Motivator
c. Pembuat
keputusan
d.
Penilai kinerja
karyawannya
e.
Dinamisator dan
kapalisator organisasi dll.
Pendekatan dalam gaya kepemimpinan pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pendekatan
sifat
b. Pendekatan
perilaku
c. Pendekatan
situsional
3. Tipe-tipe
kepemimpinan pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Tipe
kepemimpinan otoriter
b. Tipe
kepemimpinan “Leizess Faire”
c. Tipe
kepemimpinan demokratis
4.
Gaya dan Teori Kepemimpinan adalah sebagai
berikut:
a.
Kepemimpinan
yang otokratis
b.
Tipe
Militeristis
c.
Gaya
Paternalistik
d.
Gaya
atau model kepemimpinan tiga dimensi
e. Gaya atau model
kontingensi fielder dll.
Teori-teori
kepemimpinan
a. Teori genetic
b. Teori social
c. Teori situasional
d. Teori ekologis
5.
Pemimpin yang ideal
bagi lembaga Pendidikan adalah sebagai
berikut:
a. Pemimpin
sesuai perundang-undangan yang
berlaku
b. Aturan
main memilih pemimpin
c. Pemimpin
lembaga ditetapkan oleh penguasa berdasarkan jenjang karier.
d. Pemimpin
yang bersifat turun-temurun.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2009.
Hikmat. Manajemen Pendidikan.Bandung:
Pustaka Setia. 2009.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2002.
Nana
Sudjana, Permendiknas No 13 Tahun 2007.
Soetopo, Hendyat dan Wasty
Soemanto. Pengantar Operasional
Admistrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1982.
Tatang. Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah. Bandung: Pustaka Setia. 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar